Keceriaan Di Madani

Posted by mas_husnan On Jumat, 14 Maret 2008 0 disinilah.

Hari-hari penuh ceria aku lewatkan di Madani. Senda gurau menghiasi hari-hariku. Namun kadang pertengkaran kecil juga mewarnainya. Saling gojlok, saling bertukar cerita.. asik pokoknya di Madania.
Banyak hal indah yang aku dapatkan selama ini. dulu semasih aku di kampus kehidupanku sangat monoton. pagi bangun jam lima menunaikan ibadah Sholat Subu trus jalan-jlan pagi. setengah tujuh rutinitas yang tak pernah aku lewatkan dan itu yang selalu di pesankan oleh mama yaitu agar tidak meninggalkan mandi pagi. katanya biar nggak klembrak-klembrek koyok gombal amoh masih jelas sekali pesan ibuku itu. jam 07.30 aku brangkat ke kampus untuk mengajar cita-cita aku. pulang kuliah tidur sampe sore. malem jaga rental sampe tengah malem trus tidur. itulah aktifitas yang menemaniku tiap hari, jadi aku merasa monoton dan males.
kini setelah aku di Madani semua kesan monoton telah terhapus, karena setiap hari hal baru aku temukan. memang tidak besar tempat di Madani, namun di dalamnya aku menemukan banyak hal baru yang dulu belum pernah aku temui dulu.
mas Ipin dengan kelucuannya yang khas selalu mencari barang miliknya yang hilang (katanya) sebenarnya sih nggak hilang cuma di aserig lupa naruh. bahkan kapan waktu dia lupa ama sarungnya sendiri, padahal asrung itu sedang dipakainya. tidak cuma sekali saja dia seperti itu, bahkan setiap hari selalu ia hiasi dengan ciri khasnya itu.
si Andre dengan keLUGU (Lucu Nggilani: kata pak anto, bos madani)-annya yang lucu. dia yang bikin hari-hariku di madani semakin segar dengan banyolan-banyolannya yang khas.
si Ria yang sok imut n sok cantik bikin hari-hari makin hidup. makan malam tak pernah kita lewatkan keculai bersama. tahu lontong menu spesial yang menemani makan malam kami. yang paling asyik adalah masa-masa dimana kita berempa serign bersama yaitu ketika madani komp dah tutup. diantara kami belum ada yang mandi kecuali si cantik Ria. sehabis semua membersihkan diri acara makan malam pun dimulai. Bos Andre istiqomah duduk paling utara yang katanya enak karena dekat dengan tempat nasi bar enak kalo nambah. Mas ipin kepala cabang duduk di sampingku. trus yang ngisi kursi selatan alias dekat dengan kulkas adalah si RIa. cz dia seksi pengairan klo waktu makan.
sehabis makan malam selesai, kami pun terlena oleh khayalan masing-masih, namun biasanya aku masih menyempatkan diri untuk menyapa teman-temanku di dunia maya. setelah mata terasa ngantuk. ku tutup laptop kesanganku dan alam mimpi pun menjemputku.
terima kasih madani yang telah memberikan keceriaan hari-hariku.
Kediri, 14 Maret 2008

Read More.....

AIR MENDIDIH

Posted by mas_husnan On Rabu, 12 Maret 2008 0 disinilah.

Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.

Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api. Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api. Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.

Lalu ia bertanya kepada anaknya, "Apa yang kau lihat, nak?"

Wortel, telur, dan kopi" jawab si anak.

Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras. Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas.

Setelah itu, si anak bertanya, "Apa arti semua ini, Ayah?"

Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi kesulitan yang sama, perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda. Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut.

"Kamu termasuk yang mana?," tanya ayahnya. "Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?"

Bagaimana dengan kamu?

Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.

Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku? Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat.

Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.

Read More.....

HAL WANITA TAMPIL

Posted by mas_husnan On Selasa, 11 Maret 2008 0 disinilah.

"Saya setuju sepenuhnya bahwa wanita dilarang tampil di panggung

atau pokoknya di muka umum!" kata seorang Kiai.

"Apa maksud Kiai?!" mereka bertanya.

"Ya pokoknya tidak boleh tampil!" jawab Kiai tegas.

"Tak boleh naik panggung?"

"Tak boleh!"

"Pidato? Baca Qur'an?"

"Tak boleh!"

"Lho! Bagaimana ini! Bagaimana kalau jalan-jalan keluar rumah?

Itu kan namanya tampil juga di depan umum! Jalan raya kan juga bisa

berfungsi sebagai panggung?"

"Ya! Wanita tidak boleh tampil!"

"Kalau begitu taruh saja kaum wanita di dalam lemari atau kulkas,

atau bungkus dalam karung!"

"Lho, kenapa harus begitu?" Kiai ganti bertanya.

"Katanya tidak boleh tampil...?"

Kiai tertawa. "Yang namamya wanita tampil itu adalah manusia yang

menampilkan kewanitaannya," katanya

"Kalau Benazir Bhutto berpidato, yang tampil adalah seorang

perdana menteri. Benazir menampilkan kepemimpinannya, intelektualitasnya,

prestasinya, fungsi sosialnya dan bukan kewanitaannya" lanjut Kiai

"Jadi maksud saya 'wanita dilarang tampil' ialah dalam konteks

bahwa seorang manusia yang kebetulan berjenis kelamin wanita itu tidak

boleh menonjolkan benda atau unsur-unsur kewanitaannya, entah melalui

sensualitas, lenggak-lenggok merangsang, atau bentuk ekspresi kewanitaan

apapun. Allah melarang wanita tampil sesungguhnya dengan maksud agar kaum

wanita tertantang untuk mensosialisasikan prestasi kemanusiaannya. Kalau

yang disosialisasikan adalah aspek seksualnya, entah lewat pacaran

liberal, lewat buka-buka paha di film atau tabloid, itu dilarang oleh

segala pertimbangan dan peradaban yang sehat..."

Read More.....

Mulianya Memaafkan

Posted by mas_husnan On Minggu, 09 Maret 2008 0 disinilah.

Dalam buku Mensucikan Jiwa, Said Hawwa menerangkan tentang empat kategori manusia dalam hal kemarahan, yang pertama, seperi ilalang yang cepat tersulut dan cepat pula reda. Kedua, seperti pohon bakau; lambat tersulut dan lambat pula redanya, ketiga, lambat tersulut dan cepat reda. Jenis ini yang paling terpuji, selagi tidak mengakibatkan redanya ghirah dan semangat pembelaan kebenaran. Sedangkan yang keempat, cepat tersulut dan lambat redanya. Jenis ini yang paling buruk.

Berkaitan dengan itu, Imam Ghazali pernah mengajarkan bagaimana seharusnya seorang mukmin melampiaskan kemarahan. Bahwa kesabaran seseorang memang ada batasnya dan pada saatnya telah melampaui ambang batas itu, sangat wajar bilang seseorang harus marah. Hanya saja, yang terpenting adalah bagaimana kita mampu mengukur kadar marah itu sesuai dengan tingkat kesalahan orang membuat kita marah, selain juga kemarahan yang dilampiaskan masih wajar dan berada dibawah kesadaran yang tinggi. Inilah yang sulit, makanya Rasulullah pun pernah mengatakan bahwa memaafkan adalah sikap mulia dari seorang mukmin.

Memaafkan, bukan memberi maaf, jelas perintah dalam surat Ali Imran ayat 134, karena memaafkan bermakna lebih mulia ketimbang memberi maaf. Memaafkan adalah sikap yang diberikan secara ikhlas terlepas orang yang melakukan kesalahan, sikap dan tindak semena-mena, dan atau ketidakadilan itu memintanya atau tidak. Dan sikap memaafkan itu dikatakan Allah sebagai satu sikap orang-orang bertaqwa yang Allah sediakan bagi mereka syurga seluas langit dan bumi.

Bayangkan betapa mulianya orang-orang yang mampu “memaafkan”, karena sikap memberi maaf setelah orang meminta maaf saja sudah sedemikian luhur. Bahwa juga sikap seseorang yang meminta dimaafkan setelah melakukan satu kesalahan pun sudah begitu bagusnya. Sungguh membutuhkan kebesaran jiwa untuk bisa memaafkan kesalahan orang tanpa menunggu orang memintanya, karena pada saat itu kita telah membunuh kesombongan, dan rasa sebagai orang menang.

Karena jika kita tak mampu melakukannya, dan menelan kemarahan itu karena ketidakmampuan untuk melampiaskannya seketika maka ia akan kembali ke dalam bathin dan menyelinap ke dalamnya lalu menjadi kedengkian. Kata Said Hawwa, makna kedengkian ialah hati senantiasa merasa berat dalam menelan kemarahan, merasa benci kepadanya dan lari darinya. Kedengkian adalah buah dari kemarahan.

Sikap yang sebaiknya dilakukan seseorang adalah, selain memaafkan adalah meningkatkan kebaikan terhadapnya sebagai perlawanan terhadap hawa nafsu dan syetan maka hal itu merupakan maqam orang-orang yang tergolong shiddiqin, dan termasuk perbuatan orang-orang yang mencapai maqam Muqarrabin (orang-orang yang dekat dengan Allah). Wallahu a’lam bishshowaab

Read More.....

BURUKNYA DUNIA DAN INDAHNYA AKHIRAT

Posted by mas_husnan On 0 disinilah.

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sesungguhnya kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa, maka tidakkah kamu memahaminya." (Q.S. Al-A'raf (6) : 32)

Dunia dan akhirat adalah dua wujud yang berbeda. Keduanya bak sepasang pengantin yang berdampingan. Artinya, jika kehidupan duniawi seseorang baik, maka baik pula kehidupan ukhrawinya. Begitupun sebaliknya.

Secara substantif, hanya ada suatu sekat tipis pemisah antara dunia dan akhirat, yaitu barzah. Kehidupan dunia yang begitu rapuh sangat mudah pecah lalu menembus batas keduanya, sehingga seseorang dapat dengan mudah berpindah ke alam ukhrawinya. Dan seseorang tidak akan sekali-kali dapat kembali menuju alam dunianya lagi. Akankah manusia mengetahui hakikat kedua wujud yang berbeda ini?

Seorang muslim tentunya mengetahui bahwa kehidupan yang baik di dunia hanya dapat dicapai dengan ketakwaan pada Allah. Berjalan di muka bumi berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya.

Kedengarannya mudah tetapi nyatanya begitu sulit untuk dilakukan. Realitas dunia dengan beragam perhiasannya membuat manusia mudah lupa dengan janjinya pada Allah swt. Keindahan dunia terasa nyata dirasakan oleh manusia, membuat banyak manusia berlomba meraih satu demi satu gemerlapnya dengan meninggalkan bahkan melupakan sama sekali keabadian akhirat. Sebegitu dahsyatnyakah magnet keindahan dunia?

Padahal sangat jelas dikatakan bahwa kehidupan akhirat itu lebih baik dari dunia (Q.S. 3:14, 4:77, 6:32). Kehidupan real dunia yang jelas-jelas dijalani oleh semua manusia sebenarnya hanyalah kesenangan semu yang melenakan belaka, sedangkan akhirat dengan segala keabadiannya adalah suatu kehidupan yang tiada akhir, sesuai subtansi di atas di mana manusia tak akan dapat kembali lagi ke dunia jika telah meninggalkan dunia, dalam satu riwayat disebutkan : "Jika engkau menyanjung dunia, maka dunia akan terlihat tinggi di depanmu, namun jika engkau menganggap rendah dunia, maka dunia akan bertekuk lutut di depanmu." Sebegitu bodohnyakah manusia sehingga dengan mudah tertipu dengan nikmatnya dunia? Seberapa jauh engkau berlari, mengejar, mencoba meraih setiap perhiasan dunia, maka semakin dalam engkau terperosok direndahkan oleh dunia. Secara tak sadar engkau menjadi "budak dunia," bersedia melakukan apa saja asalkan keinginan duniamu terpenuhi. Sebegitu bodohnyakah engkau wahai manusia, menyerah bertekuk lutut menjadi budaknya.

Oleh karena itu diberikan pada kehidupan dunia tempat yang sesuai dengannya, tidak berlebih-lebihan kadarnya. Maka dunia akan sendirinya menjadi budakmu, mengikuti segala kehendakmu. Karena sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah sebagian kecil dari kehidupan manusia. Dunia merupakan jembatan yuang akan mengantarkan kepada kehidupan akhirat yang abadi dan yang lebih indah. Sebenarnya tidak seutuhnya kehidupan akhirat begitu jauh dari jangkauan manusia. Bagi seorang muslim yang bertakwa keindahan-keindahan akhirat tersebut akan mudah terasa dan tergambar dalam benaknya, sehingga seluruh ruh dan jiwanya akan di korbankannya untuk meraih indahnya kampung akhirat. Akirnya kemanakah kita akan mengkondisikan diri kita, apakah kita orang yang menjadi budak dunia atau menjadi tuan bagi dunia? hanya Allah kemudian diri kitalah yang mengetahuinya. (Ummu Ayyasy)

Read More.....